Jumat, 25 Maret 2016

Definisi manga

Manga berasal dari bahasa Jepang yang berarti “Komik” dalam bahasa Indonesia. Secara harfiah, manga memiliki arti “Gambar Aneh” atau "sketsa spontan". Manga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di negara-negara di luar Jepang termasuk Cina, Perancis, Italia, Malaysia, Indonesia dan lainnya. Untuk beberapa negara terdapat sebutan tersendiri untuk menyebut komik yaitu “Manhua” untuk China / Hongkong / Taiwan dan “Manhwa” untuk Korea.

Manga khas Jepang umumnya menggunakan gaya/style sederhana dalam menggambar manga. Ciri khasnya adalah mata besar, mulut kecil dan hidung sejumput. Ada juga gaya menggambar Lolicon maupun Shotacon. Tapi tidak semua manga digambarkan dengan sederhana. Beberapa mangaka menggunakan style yang realistis, walaupun dalam beberapa elemen masih bisa dikategorikan manga. Namun, gambar latar belakangnya hampir semua manga digambarkan serealistis mungkin. Manga biasanya dicetak hitam-putih, namun ada juga beberapa yang berwarna (colorfull).

Di Jepang juga ada “kafe manga” atau “manga kissa” (kissa merupakan singkatan dari kissaten yang berarti kedai kopi). Pada manga kissa, orang minum kopi dan membaca manga, dan kadang-kadang tinggal di sana semalaman. Di Jepang, ada Museum Manga Internasional Kyoto yang juga menyimpan daftar situs manga yang sangat besar yang diterbitkan dalam bahasa Jepang.





Sejarah manga

Manga di Jepang diawali pada jaman Edo, di mana seorang pemahat kayu dan pelukis bernama Katsushika Hokusai (1760 –1849), menciptakan istilah Hokusai Manga pada serial sketsanya yang berjumlah 15 volume dan diterbitkan pada tahun 1814. Hokusai itu sendiri berasal dari 2 huruf Cina yang memiliki arti “gambar manusia untuk menceritakan sesuatu”.

Ada juga karya manga lainnya seperti karya Satou Kyouden buku bergambar “Shiji no yukikai” (1798) dan karya Aikawa Minwa, “Manga Hyakujo” (1814) serta Rakuten Kitazawa yang menggunakan bahasa manga dalam pengertian modern. Buku komik pertama muncul di akhir abad 18, Kibyoushi, dengan tatanan gambar yang dikelilingi oleh tulisan sebagai narasinya. Manga tidak begitu berkembang hingga Perang Dunia II.
Pada awal abad 19, muncul seorang mangaka bernama Osamu Tezuka (1928-1989) yang membawa sejarah baru di dunia manga Jepang. Karyanya yang terkenal adalah Tetsuwan Atom (Astro Boy) dan manganya yang diadaptasi dari novel Treasure Island (karya Robert Louis Stevenson) meraih nilai penjualan tertinggi nasional karena sukses dijual sebanyak 400.000 eksemplar.
Mulanya komik-komik di Jepang adalah peniruan dari film animasi dari Walt Disney maka para penggemar komik Jepang saat itu adalah anak-anak. Kemudian pada tahun 1959 mulai diterbitkan dua majalah mingguan untuk anak laki-laki yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Saat itu hiburan untuk anak di Jepang hanyalah komik saja, belum ada anime dan tentu saja belum ada game komputer.
Sepuluh tahun kemudian, majalah komik untuk remaja mulai terbit, diantaranya yaitu Manga Action (1967), Young Comic (1967), Play Comic (1968), Big Comic (1967). Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200 hingga 850 halaman. Beberapa manga cerita aslinya diangkat dari novel/visual novel, contohnya adalah "Basilisk" berdasarkan dari novel “Kouga Ninpouchou” oleh Futaro Yamada, ada juga yang diangkat dari segi sejarah, seperti sejarah Tiga Kerajaan (The Three Kingdom), Legenda Naga (Ryuuroden), dan sejarah-sejarah Jepang.
Setelah beberapa lama, cerita-cerita dari majalah itu akan dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut “tankoubun” (volume). Dari bentuk tankoubon inilah manga biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain seperti Indonesia.

Untuk beberapa judul bahkan telah/akan dibuat versi manusia atau Live Action (kadang disingkat sebagai L.A. di jepang). Ada juga sebagian judul dibuat kembali atau “remake” secara internasional oleh produsen di luar negara Jepang, seperti Amerika, yang membuat film Live Action Dragon Ball versi Hollywood (20'th Century Fox).





Sejarah Manga di Indonesia

Manga yang pertama kali diterbitkan di Indonesia disesuaikan dengan gaya baca masyarakat Indonesia yaitu yang dimulai dari “kiri ke kanan”. Padahal, manga original dari Jepang dimulai dari “kanan ke kiri”, sehingga untuk manga yang diterbitkan di Indonesia rata-rata tokohnya menjadi kidal karena gambar yang umumnya di flip. Ketidaksamaan ini menyebabkan kerancuan untuk komik yang bergenre detektif, seperti Conan dan Kindaichi, karena menyebabkan proses penyelesaian kasus dengan gambar alibi tokoh menjadi tidak sama.
Oleh karena itu, semenjak tahun 2000an, manga yang beredar di Indonesia disesuaikan dengan keadaan asli manga yang diterbitkan di Jepang. Manga pertama yang diterbitkan di Indonesia dan menggunakan metode ini (format asli jepang atau raw) adalah Rurouni Kenshin.
Karena penggemar komik Jepang terus meningkat, banyak situs web yang menyediakan ribuan judul komik untuk dibaca secara online. Penerbit komik di Indonesia juga mulai bermunculan seperti M&C Comics, ReOn Comic, Elexmedia Komputindo, Level Comics, dan Koloni.

Genre dalam Manga
Genre secara umum
Aksi/Action (Akushon)

Genre manga yang menceritakan tentang pertempuran, perkelahian, atau kekerasan.

Fantasi/Fantasy (Fantaji)

Genre manga yang menceritakan tentang benda-benda aneh atau memiliki kekuatan di luar logika, dunia yang tidak terlihat atau lain.

Sejarah/History (Hisutorikaru)

Genre manga yang menceritakan tentang sejarah seseorang, benda, ataupun suatu tempat.

Seni Bela Diri (Budou)

Genre manga yang menceritakan tentang berbagai seni bela diri, biasanya seni bela diri Jepang.

Misteri/Mistery (Nazo)

Genre manga yang menceritakan tentang sebuah misteri. Biasanya cerita tentang detective.

Percintaan/Romance (Romansu)

Genre manga yang menceritakan tentang percintaan, biasanya percintaan remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah maupun atas.

Olahraga/Sport (Supoutsu)

Genre manga yang menceritakan tentang berbagai olahraga misalnya sepak bola, baseball, basket dan lainnya.

Supernatural (Chou Shizen)

Genre manga yang menceritakan tentang orang-orang yang memiliki kekuatan di luar logika. Entah itu kepercayaan atau sihir.

Genre berdasarkan jenis pembaca
Anak-anak (Kodomo)

Genre manga yang berpusat pada jenis pembaca umumnya anak-anak. Namun tak jarang orang dewasa juga membacanya.

Wanita Dewasa (Josei atau Redikomi)

Genre manga yang berpusat pada jenis pembaca umumnya wanita dewasa.

Pria Dewasa (Seinen)

Genre manga yang berpusat pada jenis pembaca umumnya laki-laki dewasa.

Remaja Perempuan (Shoujo)

Genre manga yang berpusat pada jenis pembaca umumnya remaja perempuan.

Remaja laki-laki (Shounen)

Genre manga yang berpusat pada jenis pembaca umumnya remaja laki-laki.
Read More ->>

Anime (Japanese: アニメ?, [anime])[a] is Japanese hand-drawn or computer animation. The word is the abbreviated pronunciation of "animation" in Japanese, where this term references all animation without regards to the nation of origin.[1] Outside Japan however, anime is used to refer specifically to animation from Japan or as a Japanese-disseminated animation style often characterized by colorful graphics, vibrant characters and fantastical themes.[2][3] Arguably, the stylization approach to the meaning may open up the possibility of anime produced in countries other than Japan.[4][5][6] For simplicity, many Westerners strictly view anime as an animation product from Japan.[3] Some scholars suggest defining anime as specifically or quintessentially Japanese may be related to a new form of orientalism.[7]
The earliest commercial Japanese animation dates to 1917, and production of anime works in Japan has since continued to increase steadily. The characteristic anime art style emerged in the 1960s with the works of Osamu Tezuka and spread internationally in the late twentieth century, developing a large domestic and international audience. Anime is distributed theatrically, by television broadcasts, directly to home media, and over the Internet. It is classified into numerous genres targeting diverse broad and niche audiences.
Anime is a diverse art form with distinctive production methods and techniques that have been adapted over time in response to emergent technologies. It consists of an ideal story-telling mechanism, combining graphic art, characterization, cinematography, and other forms of imaginative and individualistic techniques.[8] The production of anime focuses less on the animation of movement and more on the realism of settings as well as the use of camera effects, including panning, zooming, and angle shots. Being hand-drawn, anime is separated from reality by a crucial gap of fiction that provides an ideal path for escapism that audiences can immerse themselves into with relative ease.[8] Diverse art styles are used and character proportions and features can be quite varied, including characteristically large emotive or realistically sized eyes.
The anime industry consists of over 430 production studios, including major names like Studio Ghibli, Gainax, and Toei Animation. Despite comprising only a fraction of Japan's domestic film market, anime makes up a majority of Japanese DVD sales. It has also seen international success after the rise of English-dubbed programming. This rise in international popularly has resulted in non-Japanese productions using the anime art style, but these works are usually described as anime-influenced animation rather than anime proper.
Read More ->>